Pendidikan di Era AI : Tantangan dalam menumbuhkan profil lulusan yang holistik
20 Nov 2025
Dilihat: 625 kali
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan pemrograman (koding) kini masuk garis depan kebijakan pendidikan. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memperkuat arah kurikulum dengan memasukkan Koding dan AI sebagai mata pelajaran pilihan dalam kurikulum 2025–2026. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menerapkan pembelajaran mendalam yang menghasilkan profil lulusan yang holistik, generasi muda yang siap menghadapi tantangan global. Integrasi AI dan koding bukan hanya soal “mengajarkan teknologi”, tetapi membentuk cara berpikir, karakter, dan kompetensi yang sesuai dengan 8 Dimensi Profil Lulusan (8 DPL). Dalam kaitannya dengan dimensi lulusan, AI dan Koding melatih murid untuk memahami etika dalam digital, amanah dalam penggunaan data dan yang utama adalah tanggung jawab moral dengan pemanfaatan teknologi. Penguatan nilai amanah, jujur dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi menjadi poin penting dalam mendidik karakter anak dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini. Pemahaman terhadap AI membuat siswa sadar akan hak dan kewajiban digital, privasi dalam bersosial di media karena saat ini tidak jarang muncul berbagai berita hoaks atau palsu di berbagai media digital.
Secara alami, Coding dan AI mengajarkan murid untuk berfikit kritis dan kreatif. Bagaimana murid diajarkan untuk berfikir secara komputasional yang terstruktur dan berfikir algoritmik. Hal ini secara tidak langsung mengajak murid untuk bagaimana menyelesaikan masalah, dan membuat suatu karya yang nantinya kelak mereka tidak hanya sebagai pengguna teknologi saja akan tetapi juga sebagai pencipta. Dalam menciptakan karya juga melatih murid dalam mempresentasikan ide, menuliskan alur dan dokumentasi dan menjelaskan logika program meskipun yang sederhana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa integrasi AI dan koding berperan penting dalam membentuk profil lulusan yang holistik karena mampu menumbuhkan cara berpikir kritis dan kreatif, membangun karakter digital yang beretika, memperkuat kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi, serta menyediakan pengalaman belajar yang kontekstual dengan kebutuhan nyata. Selain itu, penerapan teknologi ini juga mendorong berlangsungnya pembelajaran mendalam yang berkesinambungan.
Sebagai seorang pendidik, tugas kitalah untuk mewujudkan profil lulusan yang holistik tersebut. Karena AI dan Koding hanyalah sebuah produk digital, hanya sebagai alat bantu yang tidak bisa membentuk karakter, empati, atau ketangguhan belajar dari sisi psikologi anak. Tumbuhnya pembiasaan dan nilai-nilai baik tetap datang dari interaksi nyata antara guru, siswa, dan lingkungan sekolah. Yang terpenting tetaplah pendampingan manusia—guru yang hadir, komunikasi yang baik, dan suasana belajar yang menarik dan kontekstual. Mari terus mengoptimalkan kompetensi diri kita untuk mewujudkann pendidikan bermutu untuk semua. Albirru manitaqqo.(nurita.sdmuh4batu)